Hallo
Bunda,
Halova
ingin membahas tentang pijat laktasi dan breastcare pada ibu-ibu nifas dan
menyusui. Biasanya ibu-ibu yang baru saja melahirkan memiliki perasaan cemas
terhadap bayinya misalnya, kalau ASInya tidak keluar atau keluar tapi tidak
banyak, puting susu yang mendelep kedalam dalam, bayi menjadi rewel karna
kelaparan serta bayi yang menolak ketika disusui secara langsung melalui puting
susu ibunya.
Perlu
diketahui Bunda bahwa menurut Kim Oates, emeritus profesor pediatri di
University of Sydney mengungkapkan bahwa bayi yang lahir dengan cairan tubuh
yang cukup dapat mendukung mereka bertahan selama beberapa waktu tanpa makanan
(ASI). Sehingga saat sang ibu mengalami proses melahirkan yang sulit, kemudian
pingsan setelah melahirkan, tidak bisa pulih dengan cepat atau hanya bisa
menyusui dalam waktu singkat, bayi yang dilahirkannya kemungkinan besar tetap
bisa bertahan dan baik-baik saja. Dalam hal ini disampaikan bahwa bayi bisa
bertahan tanpa ASI dalam waktu 24-48 jam setelah dilahirkan (Sumber: https://parenting.orami.co.id/magazine/berapa-lama-bayi-baru-lahir-bisa-bertahan-tanpa-asi/).
Dan ukuran lambung pada bayi baru lahir (BBL) adalah sebesar kelereng, sehingga
tidak membutuhkan banyak asupan ASI yang disuplai.
Jika
ASI tidak keluar, usahakan bayi tetap disusui saja karena dengan memasukan
puting susu ibu kedalam mulut bayi akan merangsang hormon prolaktin untuk
bekerja dalam memproduksi ASI sehingga dapat memicu hormon oksitosin
mengeluarkan ASI yang telah diproduksi. Tambahan, afirmasi bagi busui sangatlah
penting karena merupakan sebuah sugesti. Apa yang dipikirkan biasanya itu yang
dapat terjadi sehingga, pastikan busui memikirkan bahwa “ASI saya banyak, Bayi
saya sehat” yang diucapkan secara berulang-ulang dalam hati dengan penuh
keyakinan.
Jika
ASI yang keluar hanya sedikit, bayi tetap harus disusui seperti biasanya.
Perhatikan nutrisi yang konsumsi selama masa menyusui (gizi seimbang harus
dijaga dan terpenuhi) perlu juga asupan lain seperti vitamin atau susu yang
membantu melancarkan produksi ASI. Ibu yang menyusui biasanya memiliki perasaan
yang mudah sensitif, oleh karena itu untuk para ayah sebisa mungkin menjaga
perasaannya dan belajar menjadi suami yang peka dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan busui. Ibu menyusui yang mengalami gangguan stres atau
kecapekan yang berlebih dapat mempengaruhi hasil kerja hormon prolaktin
sehingga, ASI yang keluar hanya sedikit. Oleh karena itu, penting juga bagi
busui untuk melakukan memanagement stres dengan cara menempatkan segala
pikirannya pada hal-hal yang bersifat positif, mencoba memahami sebuah masalah
dalam sikon dan sudut pandang yang berbeda, menemukan akar pemasalahan dan
mencari solusi sebagai pemecahannya. Akan menjadi lebih baik jika adanya suatu
permasalahan yang terjadi didiskusi bareng bersama suami dengan suasana yang
tenang.
Bagi
busui yang merasa memiliki puting susu mendelep ke dalam, jangan buru-buru
panik karena bagian payudara yang dimasukkan kedalam mulut bayi tidaklah hanya
bagian puting saja melainkan, bagian yang berwarna hitam (Areola) pun ikut
masuk kedalam. Kemudian, bayi melakukan pengisapan pada bagian Areola sehingga,
ASI pun dapat keluar dan bayi tetap dapat disusui.
Menangis
merupakan cara si bayi dalam berkomunikasi, dalam hal ini ada yang ingin
disampaikan oleh si bayi terhadap sesuatu yang dirasakannya seperti, ia sedang
lapar, kedinginan, risih karena telah BAB atau BAK, sakit (demam, bapil)
sehingga membuat bayi menjadi rewel. Oleh karena itu, diperlukan kepekaan dari
seorang ibu maupun ayah. Pemberian ASI pada bayi dilakukan secara On Demand atau
semaunya bayi, paling tidak berikan ASI tiap 2 jam sekali pada bayi. Apabila
bayi telah tidur cukup lama, bangunkan ia dengan cara mengelitiki bagian tubuh
yang dapat membuat ia bangun dan mulailah untuk menyusuinya.
Ketika
bayi menolak untuk disusui secara langsung pada puting susu ibu, yang harus
tetap dilakukan adalah sabar dan telaten dalam memberikan ASI (memasukan daerah
Areola ke
dalam mulut si bayi sesering mungkin). Sebelum memasukan Areola dalam
mulut bayi, usahakan ASInya di perah terlebih dahulu kemudian dioleskan pada
bagian puting dan juga Areola karena,
ASI yang telah dioleskan tersebut dapat mencegah terjadinya lecet pada puting
dan aroma dari ASI tersebut dapat memicu si bayi untuk menyusu.
Untuk
pembahasan selanjutnya tentang pijat oksitosin dan breastcare akan dibahas
kembali pada PART 2.
Comments
Post a Comment